Suicide?


Warteg Bahari, Selasa Pukul 12.30

Suhu di siang hari itu sangat panas, membuat kedua pria yang duduk di sebuah warteg pinggir jalan mengucurkan bulir-bulir keringat dari dahi mereka. Selain menunjukan kulit mereka yang kepanasan, keringat itu juga menggambarkan rasa puas dan kenyang setelah menghabiskan menu makan siang.

“Jadi, bagaimana kabarmu di kepolisian?” Alfa bertanya.

“Baik. Lumayan.” Yusuf, seorang polisi dan juga teman Alfa, menjawab.

“Oh, ya. Si Dika bagaimana? Aku dengar dia sekarang diangkat jadi reserse di bagian narkoba.”

“Kabarnya baik dan karirnya terus melesat. Kau tahu, hampir semua pengedar narkoba berhasil diringkusnya. Ya, hampir semua, kesuali satu. Bajingan yang memroduksinya. Bukan, salah satu pengedar bernyanyi bahwa barang mereka bukan barang impor. Obat-obatan yang beredar diproduksi secara lokal.”

“Dan siapapun yang memroduksinya bertanggung jawab atas meninggalnya mahasiswa yang overdosis itu.”

Yusuf mengangguk.

“Nah, sekarang apa yang ingin kau bicarakan. Bukan mengenai kasus OD itu, kan?”

“Bukan, tentu saja. Kau sudah dengar kasus bunuh diri baru-baru ini?”

“Mahasiswa yang bunuh diri di kamar kosnya?”

“Ya, yang itu. Kau ada waktu untuk membicarakannya. Aku ingin berkonsultasi mengenai hal itu padamu.”

“Tentu aku punya waktu.”

Yusuf menenggak habis teh di gelas jangkung khas warung nasi itu, menghembuskan nafas panjang yang menandakan kepuasan, baru kemudian membuka kembali pembicaraan.

“Gambaran kasar kasus mungkin sudah kau baca di surat kabar. Intinya seorang mahasiswa tewas gantung diri di dalam kamar kostnya. Masalahku sebenarnya tidak rumit, hanya menentukan, tidak, tepatnya mengumumkan bahwa ini adalah bunuh diri. Dari cara tewasnya korban memang jelas sekali terlihat bahwa ini adalah persitiwa bunuh diri. Tapi sebelum mengumumkan hal itu, aku ingin benar-benar memastikan bahwa perilaku korban sebelumnya memang mengarah pada perbuatan bunuh diri itu sendiri. Dulu kau pernah menuliskan artikel mengenai bunuh diri, kan? Nah, aku ingin tahu perilaku seperti apa saja yang ditunjukan oleh orang yang suicidal.

Alfa termenung selama beberapa saat. “Memang benar, orang yang mempunyai pikiran untuk bunuh diri biasanya menunjukan perilaku tertentu. Mengisolasi diri, memutuskan kontak dengan dunia luar. Nafsu makan berkurang. Kurang tidur atau tidur terlalu lama. Mereka menderita depresi. Ada banyak tanda-tanda lainnya..” Alfa berhenti sebentar.

“dan.. untuk seseorang yang pernah mempelajari psikologi aku yakin kau pasti tahu apa saja tanda-tandanya. Kau tidak benar-benar bermaksud menanyakan hal tersebut. Aku berasumsi bahwa hasil investigasimu tidak menunjukan tanda apapun yang menandakan korban berpikiran suicidal. Kau bertanya padaku dengan harapan kau telah melupakan beberapa tanda-tanda suicidal yang ada dan aku akan mengoreksimu, tapi bagian lain dari dirimu yakin bahwa kau tidak melupakan apapun. Kau berada dalam keraguan dan mulai mempertimbangkan kemungkinan bahwa ini adalah pembunuhan. Dan hal itulah yang sebenarnya ingin kau bahas.”

Sorot mata Yusuf mengkonfirmasi kesimpulan Alfa.

“Tersangka utamanya?” tanya Alfa.

“Anggap saja aku sudah mencurigai seseorang.”

“Baiklah. Lalu apa yang ingin kau konsultasikan?”

“Kenyataan bahwa meskipun aku mulai beranggapan korban tidak melaksanakan bunuh diri, bukti yang ada justru mendukung kesimpulan yang berlawanan.”

“Dan bukti apa yang mendukung kesimpulan tersebut?”

“Korban gantung diri di dalam kamar. Jendela kamar berteralis dan terkunci rapat. Pintu kamar terkunci. Kuncinya berada di dalam kamar.” Yusuf berhenti.

“Tunggu sebentar. Itu saja? Yang membuatmu menyimpulkan bahwa ini adalah bunuh diri adalah fakta bahwa kamar terkunci dan diasumsikan dikunci dari dalam? Tapi korban kan tinggal di kos-kosan, bukankah ada kunci cadangan? Bisa saja pintu dikunci dari luar.”

“Masalahnya, kunci masternya pun ditemukan di dalam kamar itu juga. Aku tahu, itu memang mengejutkan dan menambah rumit situasi. Tapi, sialan! Itulah kenyataannya. Kuncinya berada di atas meja. Sebelum kau menyela, aku telah memeriksa kemungkinan kunci disimpan oleh saksi yang menemukan korban setelah masuk ke kamar. Tapi kedua orang yang menemukan korban bersumpah bahwa tidak ada satupun dari mereka yang mendekati meja di mana kunci master dan kunci kamar ditemukan, terlebih lagi meletakan kunci tersebut (keduanya berkata jujur). Jadi, bagaimanapun juga bukti yang ada jelas menunjukan bahwa ini bunuh diri.”

Alfa mendesah, “Hanya karena kunci berada di dalam bukan berarti ini bunuh diri. Pembunuh bisa saja melakukan sesuatu agar kunci bisa berada di dalam kamar.”

“Lalu bagaimana pembunuh melakukan hal itu?”

“Aku tidak tahu dan tidak akan pernah tahu jika tidak melihat kondisi kamarnya secara langsung. Bisa kau antar aku ke sana?”

“Sayangnya aku tidak bisa membawa warga sipil ke TKP. Tapi, aku punya denah TKP nya?”

“Baiklah, itu juga bisa dipakai.”

Untitled

“Di mana persisnya kunci berada?”

“Kunci milik korban ditemukan di dalam tasnya, di atas kursi. Kebetulan tasnya terbuka dan aku langsung melihat kunci di dalamnya. Kunci master ditemukan di atas meja dekat kursi itu.”

Alfa mengangguk lalu mengamati kembali denah kamar tersebut. Selama beberapa menit Alfa membolak-balik kertas bergambarkan denah kamar korban itu. Sesekali ia berhenti dan sambil memegang kertas di satu tangan, tangan yang satunya lagi dengan telunjuk mengacung bergerak-gerak di atas meja dengan gerakan seperti sedang mencorat-coret.

“Jadi, bagaimana?” Yusuf bertanya.

Alfa menganggukan kepala, “Bisa jelaskan rincian kasusnya padaku?”

“Untuk apa? Bukankah denah TKP saja sudah cukup.”

“Tidak, ini urusan yang berbeda dengan misteri kamar tertutup. Aku hanya ingin tahu siapa yang kau pikir bertanggung jawab atas bunuh diri mahasiswa itu.”

“Kau mengatakan kesimpulanku salah?” Yusuf agaknya cukup tersinggung oleh pernyataan Alfa itu.

“Tidak, aku tidak berkata seperti itu.”

“Tentu tidak. Tidak secara eksplisit.”

“Oh, ayolah Sup. Tidak ada salahnya mendengar pendapat dengan perspektif baru. Kemungkinannya hanya dua, kesimpulanku sama denganmu atau berbeda. Dan kesimpulanmu, bisa benar atau salah. Hal yang perlu dilihat di sini adalah konsekuensi yang ditimbulkan dari masing-masing kesimpulan. Pertama, tentu saja, bisa mengantarkan pelaku pada keadilan. Atau kedua, bisa mengantarkan orang tidak bersalah pada ketidakadilan.

Setelah menimbang selama beberapa saat Yusuf berkata, “Kau memang pandai bersilat lidah, Al. Baiklah akan kuberikan rincian kasusnya padamu. Tapi urusan kamar tertutup itu bagaimana?”

“Anggap saja aku sudah memiliki sebuah gagasan. Tapi, sebelumnya aku punya pertanyaan. Dari yang kubaca di surat kabar, korban ditemukan di pagi hari dan diperkirakan meninggal di malam hari sebelumnya. Yang menemukan korban (salah satu penghuni kos dan pemilik kos, kalau tidak salah) mendobrak pintu kamar untuk masuk (Tentu saja. Tidak ada cara lain, karena kunci kamar hanya satu.) dan memeriksa keadaan korban. Pertanyaanku : Apakah itu karena mereka melihat kaki korban melayang di atas lantai?”

Yusuf terperangah, sampai-sampai ia tak menyadari pria tua yang duduk di belakangnya kini telah berganti menjadi seorang wanita muda. “Bagaimana kau tahu? Media tidak menyebarkan informasi itu.”

“Di samping common sense? Penalaran tentunya.”

***

Selanjutnya..

31 comments on “Suicide?

  1. Nyoba komen ya kaka ^^
    maaf kalo salah

    tersangkanya mungkin adalah saksi yg pertama kali menemukan korban, karena dilihat darimana pun sepertinya aneh jika mereka mengaku melihat kaki korban menggantung sementara tidak ada celah untuk melihat ke dalam ruangan, jika itu dari bawah pintu pun juga akan kesulitan jika celahnya tidak cukup tinggi. dan aku tidak menemukan cukup alasan untuk melihat dari bawah pintu jika temanku tidak menjawab panggilanku, bisa saja kan dia belum bangun atau sudah pergi. itu saja kecurigaanku

    dan jika itu benar, maka ruangan tertutup itu pun akan menjadi mudah.

    Like

  2. Pendapat diterima. Hmm, kita lihat nanti ya di lanjutannya. Dan.. Oh iya, akan ada perubahan detil pada cerita kali ini. Saran saya, jangan berhenti pada satu kemungkinan saja. ^^

    Like

  3. Hai saya org baru disini nama saya adrian.

    Saya rasa itu merupakan pembunuhan, yg membunuh org yg pertama kali menemukan nya. Kenapa kunci cadangan dan kunci master nya di dalam? Mungkin si pembunuh membius semua orang di tempat itu agak lama. Lalu menggandakan kuncinya lalu kunci si korban dan kunci master nya di taruh di dalam, lalu dikunci dari luar. Dan berpura pura mencari korban karena tidak ada jawaban, dia memanggil pemilik kos karena dia tahu dia kehilangan kunci master nya. Lalu mendobrak pintu kamar korban dan ternyata korban sudah mati dengan kondisi kamar seperti yg dijelaskan di atas

    Like

    • Hmm, boleh juga. Artinya anda mempercayai pernyataan bahwa tidak ada pengembalian kunci setelah pintu dibuka. Bagus sekali, karena memang begitulah adanya.
      Untuk reader lainnya, saya tekankan lagi bahwa keduanya benar-benar berkata jujur dan tidak ada pengembalian kunci setelah pintu dibuka. Itu satu fakta yang harus dicamkan baik-baik. Hehe
      Untuk adrian, ditunggu lagi analisisnya. 😀
      Akan saya usahakan lanjutan ceritanya sebelum tahun baru (sekarang masih dalam masa UAS -.-).

      Like

      • Mungkin si korban mengambil kunci master nya lalu di taruh di kamarnya lalu di kunci. Itu mungkin bukti bunuh diri (mengisolasi diri). Lalu kedua orang yg menemukannya mendobrak pintu tsb karena melihat korban mati lewat jendela.

        Maaf kalo masih salah

        Like

      • Atau mungkin si dika yg membunuh si korban.

        Karena jika kertasnya di balik secara vertikal lalu diputar bolak balik akan membentuk `1!` berarti pembunuh nya ada satu.
        Lalu ada empat benda yg membentuk angka satu. Empat di ubah menjadi huruf D yaitu Dika. Mungkin saja dia membunuh si korban karena overdosis.

        Hanyalah kemungkinan

        Like

      • Hmm, kertas yang mana? denah? itu kan denah yang dibikin yusuf dalam penyelidikannya.
        jangan terburu-buru bikin spekulasi, data dan fakta di cerita ini masih jauh dari cukup untuk bisa menjawab kebenaran dari kasus. Tapi jika masih penasaran, coba perhatikan pertanyaan dari Alfa (yg di akhir cerita). Ada yang spesial di sana (tapi masih dirahasiakan sampai lanjutan ceritanya dipost :P)

        Like

      • dari pertanyaannya alfa, itu tidak mungkin bisa dilakukan melalui pintu tapi mungkin saja mereka mengetahui nya lewat jendela

        Like

  4. pembunuh’y pemilik kosan,selama yg gw tw yg punya kunci master cuma yg punya kosan.trs aneh kan klo pintu yg terkunci lgsg d dobrak,drmn tw klo kunci master n duplikat ada d dalam??emang tdk ada pengembalian kunci saat itu cz kunci d kembalikan saat ”pembunuhan” lewat jendela berteralis dan dr tempat ini pula dia bisa lyt korban tergantung.bagaimana n dgn alat apa mengembalikan kunci’y mgkn bs terungkap d post lajutan’y.ini skdr analisis z

    Like

    • Darimana tahu kunci master ada di dalam? Mungkin pemilik kos belum tahu, tapi tidak menemukan kunci master yang seharusnya ada di tempat penyimpanannya, thus the breaking. Layout kost-kostan belum saya jabarkan dengan jelas, jadi kita lihat nanti di kelanjutan cerita. Dan sekali lagi, bagi semua reader, coba perhatikan pertanyaan alfa di akhir cerita. xD

      Like

  5. pelakunnya kmungkinan “mereka” yang menemukan pertma kali. .
    knp? 1. kalau pnt kamar terkunci seharusnya trgntng d pntu, knp cma berada d dlm tas. .
    2. kunci master jga ada didlm kamar diatas meja!
    kemungkinan yg ada pntu kamar tdk terkunci. .

    maaf kalau salah. .nyoba tebak aja. .:)

    Like

    • being the anti-thesis

      poin satu : lemah. ada banyak penjelasan yang bisa menyanggahnya. ex : (dg asumsi bunuh diri) mungkin Aldi (yg gantung diri) mencabut kunci lalu memasukannya ke dalam tas, reason : who knows, but that’s a possibility, no?

      poin dua : sudah di state dengan jelas bahwa pintu kamar dikunci dan harus didobrak (silahkan baca lanjutannya untuk detil lebih lanjut : https://inurhadi.wordpress.com/2015/03/11/the-investigation-part-1/)

      tunggu kelanjutannya jika masih penasaran, hehe..

      Like

  6. Blog yg menarik. Salam Kenal

    belum banyak data, jd terlalu dini memang mengambil kesimpulan.
    yg aneh, mengapa penghuni kost dan pemilik pnya inisiatif utk dobrak pintu kamar korban ? dr mana mreka tahu bhwa korban tewas tergantung ?? dr jendela kah ?? entahlah. Ataukah melihat korban dr sela bawah pintu ?? spertinya itu suatu hal yg mustahil.

    d tunggu kelanjutannya 🙂

    Like

  7. Pingback: The Investigation – Part 1 | Black or White?

  8. Hai gan, menarik nih.. Tapi perlu info mendetail lagi untuk bikin deduksi dan yang terpenting tokohnya belum lengkap dengan alibinya hihi, soal mayatnya pun kurang jelas.. Bakal ku coba tebak kalo udah ada detailnya ya gan makasih:)

    Like

  9. Pingback: Sedikit selingan.. | Black or White?

  10. Pingback: The Final Day of Investigation – Part 1 | Black or White?

  11. Pingback: The Final Day of Investigation – Part 2 | Black or White?

  12. Pingback: The Unexpected Guest | Black or White?

  13. Pingback: Motive | Black or White?

  14. Pingback: Trap | Black or White?

  15. Pingback: Again, Motive | Black or White?

  16. Pingback: Last, Conclusion | Black or White?

  17. Jendela tralis : terkunci – berarti memiliki gembok.. dari situlah pelaku melemparkan kunci ke dalam tas yang “terbuka”.
    Pelaku masuk, membunuh, menggantungnya, keluar dari pintu utama dan kebelakang di jendela tralis dan melemparkan kunci kedalam…

    So itu sangat clear terlihat seperri bunuh diri

    Like

  18. Jendela tralis : terkunci – berarti memiliki gembok.. dari situlah pelaku melemparkan kunci ke dalam tas yang “terbuka”.
    Pelaku masuk, membunuh, menggantungnya, keluar dari pintu utama dan kebelakang di jendela tralis dan melemparkan kunci kedalam…

    So itu sangat clear terlihat seperri bunuh diri

    Dan berpura pura menemukan esok harinya… Dia mengajak rekan agar sama sama terlihat hanya sebagai saksi dan bukan tersangka.

    Tersangka utama adalah yang benar memahami denah tersebut.. taknlain dan tak bukan adalah pemilik kos

    Like

Your Opinion