Case Closed : Teka teki Detektif (38) Part 2


Jika belum tahu kasusnya mending baca dulu disini https://inurhadi.wordpress.com/2013/06/14/teka-teki-detektif-38/

Biar tahu cerita lengkapnya, baca ini juga https://inurhadi.wordpress.com/2013/07/01/case-closed-teka-teki-detektif-38/

Kantor Kepolisian, Bagian Pembunuhan
Pukul 01.15

Detektif James Henry duduk di meja kerjanya sambil membolak balik selembar kertas, selembar kertas karbon, dan sebuah plastik transparan,. Selama 30 menit terakhir ia disibukkan oleh ketiga benda tersebut. Henry tidak bisa menyerah sekarang, Inspektur menyuruhnya untuk memecahkan dying message dari Albert Stanley, korban pembunuhan, malam ini juga. Sebenarnya Inspektur Roland sendiri sudah mengetahui arti dari pesan kematian korban tersebut, namun Inspektur sengaja menyuruh Henry untuk memecahkan pesan itu agar Henry bisa mengoptimalkan potensinya.

Selembar kertas, kertas karbon, dan plastik transparan. Itulah petunjuk yang diberikan Inspektur. Henry masih belum bisa mengerti apa hubungan dari ketiga benda ini, atau setidaknya apa hubungan benda ketiga. Kertas dan kertas karbon sudah jelas berhubungan, namun bagaimana dengan plastik transparan?

plain 1

Henry kembali melihat pesan kematian korban pada evidence bag. Pesan kematian berada pada dua kertas berbeda. Yang satu bertuliskan 4A. Satunya lagi 379. “Oh, aku mengerti.” Sebuah ide terlintas di kepala James Henry.

Untitled

Henry ingat alamat saksi yang menemukan korban.  Alabama Street no. 40, Silver Steel Apartment 3rd Floor, Room 379. “4A maksudnya Alabama Street no. 40, dan 379 maksudnya nomor apartemen. Ya, pasti itu arti pesan kematian korban.” Henry mengangguk dengan puas, namun beberapa detik kemudian wajahnya kembali lesu. “Tidak, bukan. Alamat itu milik mahasiswa Jepang, Heiji. Bukan dia pelakunya.” Pelakunya memang bukan Kazuki Heiji, namun Mrs. Bloom. Sekarang ia tengah berada di sel tahanan, didampingi pengacaranya.

Henry kesal karena ia masih belum bisa memecahkan pesan kematian tersebut. Pesan kematian itu ia lemparkan ke ujung mejanya. Lemparannya terlalu jauh, kertas tersebut jatuh ke lantai. Henry buru-buru  mengambilnya kembali sebelum ada orang lain yang menyadari perbuatannya.

Saat mengambil kertas tersebut, Henry menyadari sesuatu. Tulisan 379 ternyata bisa terbaca sebagai GLE jika dilihat secara terbalik. Selama ini sudut pandang yang dipakainya ternyata salah. 379 berarti GLE. GLE. An-gle. An-GLE. “Ya itu masuk akal, pelakunya memang Mrs. Bloom, Angle Bloom.”

“Jika 379 berarti GLE, itu artinya tulisan 4A berarti dua huruf sebelumnya, A-N. Tapi mengapa 4A berarti AN?” Henry termenung sebentar, kemudian ia tersenyum. Ia membawa pesan kematian itu ke depan sebuah cermin. Tulisan 4A di cermin terbaca sebagai AN.

Henry berkata dalam hati, “Korban mengetahui Angle Bloom sebagai orang yang menikamnya karena pada saat itu Mrs. Bloom tengah berkunjung di apartemennya. Mrs. Bloom langsung meninggalkan korban beberapa saat setelah menikamnya tanpa mengetahui bahwa korban masih hidup. Pada saat itu korban menuliskan nama pembunuhnya. Korban menulis 4A dan 379. Kenapa harus 4A dan 379? Mungkin korban takut pesan kematiannya diketahui sang pembunuh. Ia terpikirkan untuk mengganti AN dengan 4A agar tulisannya hanya bisa dimengerti jika dilihat di pantulan cermin. Dan ia mengganti GLE dengan 379 yang hanya bisa dimengerti jika kertas dibalik 180 derajat secara vertikal.”

Entah mengapa Henry belum merasa puas atas teorinya itu. Ada kejanggalan dalam teorinya. Dan apa pula fungsi ketiga petunjuk yang diberikan oleh Inspektur.

“Tunggu dulu, saat itu korban hanya berjarak satu jengkal dari kematian. Mungkinkah ia bisa memikirkan sebuah pesan dengan arti tersembunyi padahal nyawanya sebentar lagi akan melayang? Sepertinya tidak, orang sejenius apa pun tidak akan sempat memikirkan hal itu jika tahu ia akan segera mati. Hal yang paling logis ialah, orang tersebut menuliskan nama pembunuhnya. Namun di kertas ini.. Tunggu sebentar..”

Henry  kembali mengamati tulisan di kertas tersebut. 4A dan 379. Tulisan 4A dihasilkan oleh kertas karbon. Tim forensik mengatakan bahwa kemungkinan kertas itu tertutupi oleh kertas karbon sehingga tekanan dari pensil yang menorehkan garis hitam yang membentuk angka 4 dan huruf A itu. Tekanan dari pensil. Lekukan berbentuk 4A pada kertas karbon lah yang menorehkan tulisan pada kertas tersebut. Berarti setidaknya kertas bertuliskan 4A itu juga memiliki lekukan yang sama. Sebaliknya, tulisan tersebut sedikit timbul. Lekukan berada di sisi lain kertas. Itu artinya..

Henry mengambil ketiga benda tadi, selembar kertas, kertas karbon, dan plastik transparan. Ia menumpuk ketiganya sedemikian rupa. Kertas karbon paling bawah, dengan bagian hitam menghadap ke atas. Di atasnya ditaruh selembar kertas, dan plastik transparan ditaruh paling atas.

plain 2

            Henry membereskan meja kerjanya, memberi ruang untuk eksperimen kecilnya. Ia mengambil selembar kertas lain, kemudian ia taruh di meja. Tiga rangkap kertas tadi ia taruh di samping kiri kertas pertama. Bagian kanan kertas tiga rangkap sedikit menutupi kertas yang hanya selembar.

plain 3

            Kemudian ia ambil sebatang pensil untuk menuliskan sesuatu di tumpukan kertas itu. Yang ia tulis adalah ANGLE, kata terakhir yang dituliskan oleh korban. Tak lupa, Henry mencoba meniru gaya tulisan korban agar hasilnya tidak jauh berbeda dengan yang asli.

plain 4

            Henry memisahkan kedua kertas tersebut. Ia mengambil plastik transparan pada kertas yang rangkap tiga. Sedangkan kertas yang hanya selembar ia balik secara vertikal. Hasilnya ialah sebuah lekukan berbentuk huruf A dan N (AN) pada kertas yang tiga rangkap dan sebuah tulisan GLE yang terlihat seperti 379 jika kertas diputar secara vertikal.

plain 5

Sebagai pembuktian terakhir, Henry membalik kertas yang tadi dilapisi oleh plastik transparan. Ia tersenyum puas. Pemikirannya kali ini membuahkan hasil. Kini  ia tahu bagaimana pesan kematian korban tertulis.

plain 6

Sebenarnya pesan yang ditulis korban tidaklah berbelit-belit, korban hanya menuliskan nama depan pembunuhnya. Namun kondisi meja kerja yang berantakan lah yang membuat pesan sederhana dari korban berubah menjadi pesan berkode. Ketiga benda tadi, plastik transparan, kertas, dan kertas karbon, dengan tidak sengaja menyusun diri mereka sedemikian rupa untuk menyembunyikan pesan terakhir majikannya. Entah suatu keberuntungan atau kemalangan. Niat Albert sendiri hanyalah menuliskan nama pembunuhnya, bukan menulis sebuah pesan aneh dengan arti yang macam-macam.

10 comments on “Case Closed : Teka teki Detektif (38) Part 2

    • Oh, dulu emang James Henry ya? haha, jeli sekali kamu Sya.
      Dulu sempat bingung soal nama Henry, awalnya James Henry, trus berubah pikiran jadi Henry Thomas, jadi ada dua nama berbeda deh..

      karena suatu alasan cerita Shinkansen ga kk terusin Sya. heuheu ^_^v

      Like

Your Opinion