Teka teki Detektif (38)


Kasus kali ini merupakan kiriman Kemal (Zaoldieck). Dan seperti biasa, saya membuat sedikit perubahan, yaitu ditambahkannya tokoh Inspektur Roland dan Detektif Henry yang akan terus tampil di kasus kasus selanjutnya sebagai trademark blog Black or White. Penyajian kasus berikutnya akan saya usahakan berbentuk cerita pendek, sama seperti kasus kali ini. Untuk Kemal, saya lupa mencantumkan di atas, dying message saya ganti hehe.. Meski begitu konsep tokoh (korban, tersangka) tetap saya pertahankan. Sekian, selamat menikmati.. ^^

Di musim gugur ini hujan sering kali turun, membuat semangat orang-orang menjadi hilang. Namun berbeda dengan Albert Stanley, di apartemennya yang sederhana, sang jenius di bidang matematika ini tetap bersemangat menggeluti formula/rumus baru yang ia temukan. Albert tidak menyadari, bahwa dibalik semangatnya yang menggebu-gebu tersebut ia tengah diintai sebuah sosok, sosok yang berniat mengakhiri kehidupannya di dunia.

Di sisi lain kota, Heiji, murid Albert, kebingungan setengah mati untuk mencari jawaban suatu rumus yang merupakan proyek bersama dengan gurunya itu. Rencananya, malam ini dia akan mengunjungi Albert dan mendiskusikan rumus tersebut bersama-sama. Heiji yang tahu Albert adalah orang yang sibuk, merasa tidak enak jika ia tiba-tiba datang berkunjung ke apartemennya. Maka dari itu, Heiji berniat menelepon terlebih dahulu, menanyakan apakah malam ini Albert mempunyai jadwal kosong.

Waktu menunjukan pukul 20.34 saat Heiji menunggu panggilan teleponnya diangkat, akhirnya beberapa saat kemudian terdengar suara di ujung gagang telepon.

“Halo, Albert disini.”

Heiji pun menjawab, lalu menjelaskan niatnya untuk berkunjung. Sayangnya, mood Albert sedang tidak terlalu bagus. Dia menolak mentah-mentah keinginan Heiji untuk berkunjung. Heiji terus memohon namun usahanya tersebut sia-sia.

Heiji meletakan gagang telepon. Dengan terburu-buru, Ia bergegas pergi ke apartemen mentor-nya itu. Heiji keluar dari gedung apartemennya, lalu menghentikan taksi pertama yang lewat dan menyuruh sang supir untuk mengantarkannya ke alamat Albert.

Long Maze Apatment, Lobi
Pukul 20.43

Di dalam lobi gedung apartemen, seorang wanita menghampiri Heiji. “Permisi, anda tahu letak apartemen Mr. Albert?”

“Ya, dan kebetulan saya juga bertujuan kesana. Mari ikuti saya.”

“Oh, terima kasih. Sebenarnya saya sudah sering mengunjungi beliau, namun lorong-lorong di gedung apartemen ini selalu membuat saya bingung.”

Perempuan tersebut ada benarnya juga, pikir Heiji. Gedung apartemen tersebut memang agak membingungkan tata letaknya. Hal tersebut membuat Heiji heran, arsitek macam apa yang merancangnya? Dan terlebih lagi, mengapa gurunya mau bertempat tinggal di gedung aneh macam ini?

Apartemen Albert berada di lantai tiga, butuh waktu dua menit untuk mencapainya. Sampai di depan pintu masuk apartemen, Heiji mengetuk pintu, namun tidak ada jawaban. Merasa curiga, ia coba buka pintu tersebut yang ternyata tidak terkunci. Ia dan perempuan itu masuk ke dalam, dan keduanya terkejut saat melihat keadaan Albert. Albert terlihat menyandar pada sisi meja kerjanya, darahnya menggenang di atas lantai. Sebuah pisau dapur menancap di punggungnya. Sang pengintai, telah menyelesaikan misi rahasianya.

Kantor Kepolisian
Pukul 20.25

Inspektur Roland tengah melamun di meja kerjanya, tatapannya mengarah ke jendela samping yang memperlihatkan keadaan jalan raya. Malam yang tenang, pikir Inspektur, ia ingin cepat-cepat pulang ke rumah untuk bertemu dengan istri dan anaknya. Keluarga memang segalanya bagi Insektur Roland.

Lamunan sang Inspektur buyar ketika di luar turun hujan deras dengan tiba-tiba. Sial! Itu artinya mobilnya akan menjadi kotor ketika ia pulang nanti. Mengapa? Karena untuk pulang, ia harus melewati Lincoln Street yang saat ini tengah diadakan penggalian untuk jalur listrik yang baru. Penggalian tersebut membuat jalanan, bahkan trotoar, kotor oleh tanah bekas galian, apalagi jika turun hujan. Tak hanya Lincoln Street yang menjadi jalur penggalian listrik yang baru, namun juga beberapa jalan lain seperti Cherokee Street, Alabama Street, Redwood Street, Cardinal Street, Winston Street dan Washington Street.

Hujan yang meskipun turun begitu deras, ternyata tidak berlangsung lama. Tidak lebih dari tiga menit hujan langsung berhenti. Well, namun hal itu  tetap saja membuat jalan yang akan ditempuh Inspektur menjadi kotor.

Inspektur tidak lagi memikirkan kapan ia pulang atau kotornya jalan. Di depannya telah menumpuk dokumen-dokumen penting yang harus ia baca dan tandatangani. Meskipun pekerjaan di balik meja bukanlah sesuatu yang dapat ia nikmati, namun jika tidak diselesaikan dengan segera, tumpukan dokumen tersebut akan terus bertambah. Dengan sedikit rasa terpaksa ia mulai membaca dokumen-dokumen itu satu persatu.

Seperempat jam kemudian ia telah menyelesaikan sepertiga bagian dari tumpukan dokumen yang ada. Di saat yang bersamaan Detektif Henry datang untuk melapor, ada peristiwa pembunuhan di sebuah apartemen. Kali ini, dengan senang hati Inspektur bersedia ikut menyelidiki kasus tersebut.

Long Maze Apartment, Kediaman Korban
Pukul 21.00

Korban bernama Albert Stanley, seorang jenius matematika peraih nobel. Punggungnya ditikam dari belakang. Ruangan dimana korban ditemukan cukup berantakan. Kertas-kertas tempat korban merumuskan formula barunya, kalkulator, jangka, beberapa pensil, penghapus, plastik transparan, kertas karbon, busur, pulpen, penggaris, dan benda lainnya terlihat berserakan di atas meja juga beberapa di atas lantai. Sepertinya beberapa yang berserakan di lantai diakibatkan oleh ambruknya korban menimpa meja setelah ia ditikam pelaku. Di samping meja yang berantakan, terdapat sebuah meja kecil dengan sebuah pesawat tekepon di atasnya. Gagang teleponnya terjuntai di samping meja.

Korban meninggal kehabisan darah, jadi diperkirakan korban tidak langsung meninggal seketika setelah ditikam. Waktu kematian diperkirakan antara pukul 20.30 – 20.40. Sementara tim forensik dan penyidik lain mengumpulkan bukti, seperti biasa Inspektur Roland berkeliling ruangan tempat tinggal korban.

Inspektur mengecek balkon apartemen, namun jendela yang mengarah ke balkon terkunci dan tidak ada tanda-tanda dibuka paksa. Di pintu masuk pun tidak ditemukan bekas lockpick pada lubang kuncinya, dan menurut saksi yang menemukan korban, pintu apartemen tidak dikunci. Inspektur kemudian memanggil Detektif Henry.

“Henry, kau sudah meminta keterangan dari saksi yang menemukan korban?”

“Sudah Inspektur. Ada dua orang yang menemukan korban, Kazuki Heiji, murid korban. Dan Angle Bloom, salah seorang kolega korban.”

“Apa mereka berdua saling kenal?”

“Kelihatannya tidak, mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Mereka bertemu di lobi gedung apartemen, Mrs. Bloom menanyakan letak apartemen korban pada Heiji. Kemudian mereka pergi bersama-sama, ketika sampai di depan pintu masuk, Heiji mengetuk pintu. Karena tidak ada jawaban, keduanya mencoba masuk, ternyata pintu tidak terkunci. Dan akhirnya, mereka menemukan korban dengan kondisi yang mengenaskan.”

Inspektur mengangguk, dari pandangan matanya yang tajam terlihat bahwa ia sedang berpikir keras. Di saat yang bersamaan seorang petugas Forensik datang melapor.

“Inspektur, kami menemukan sepucuk surat. Isinya cukup mencurigakan.” Petugas tersebut menyerahkan surat itu kepada Inspektur Roland. Inspektur Roland kemudian membacanya.

Jangan sok pintar, kau akan menyesal karena telah meremehkanku.

F.W

Inspektur tersenyum, kemudian berkata kepada petugas Forensik tadi. “Coba cari di buku agenda korban, apakah hari ini dia ada janji menemui seseorang?”

“Baik Inspektur.”

“Henry, dimana Mrs.Bloom dan pemuda Heiji itu? Aku ingin bertanya tentang sesuatu.”

“Mereka ada di ruang sebelah. Mereka terlihat masih shock jadi saya tempatkan di ruangan yang ada tempat duduknya.”

“Baik, terima kasih.” Ujar Inspektur yang berlalu ke ruang sebelah.

Kazuki Heiji terlihat seperti tipikal seorang mahasiswa asing pada umumnya. Kelihatannya ia pemuda baik-baik yang terlalu banyak menghabiskan waktu untuk belajar. Kantung matanya mengatakan bahwa ia sering begadang hingga larut malam. Rambutnya dipotong model harazuku, ia memakai polo shirt berwarna putih dengan corak garis horizontal di tengah dan celana gunung model gelap dengan banyak kantong di setiap sisinya. Sepatu Converse-nya terlihat sudah lama tidak dibersihkan, tipikal seorang bujangan. Tak lupa, Heiji juga membawa mantel tebal berwarna biru yang pada musim ini sangat dibutuhkan di malam hari.

Angle Bloom, menurut Inspektur, adalah seorang perempuan cantik yang terlalu awal menghadapi sebuah penderitaan.  Meski tidak tahu latar belakangnya, Inspektur mendapatkan kesan tersebut begitu ia melihatnya. Mrs. Bloom terlihat sebagai tipe wanita sederhana yang tahu benar untuk bergaya. Rambut coklatnya yang panjang dibiarkan bergelombang, membuat penampilannya terlihat begitu segar. Ia memakai sweater lengan panjang berwarna krem polos dan sebuah celana panjang berbahan satin berwarna coklat muda yang cocok dengan sepatu kets berwarna putih yang masih terlihat seperti baru. Ia juga membawa sebuah tas tangan kecil merek Prada, mirip dengan yang dipunyai istri Inspektur Roland di rumah. Di samping kursinya tergeletak sebuah mantel hitam yang menurut asumsi Inspektur, merupakan milik Mrs. Bloom.

“Mrs. Bloom, Heiji. Saya tahu anda berdua masih merasa shock akan peristiwa ini. Bolehkah saya bertanya beberapa hal?”

Tidak ada jawaban secara lisan, kedua saksi tersebut hanya menganggukan kepala mereka.

“Baiklah, pertama-tama sudah berapa lama anda berdua mengenal korban?”

Heiji lah yang pertama menjawab, “Saya mengenal Mr. Albert dua tahun yang lalu, di Universitas tempat saya kuliah. Saat itu saya langsung kagum akan kejeniusan beliau, lalu saya memutuskan untuk belajar di bawah bimbingannya.”

“Jadi, anda adalah apprentice-nya?”

“Kira-kira seperti itu.”

“Mrs. Bloom, bagaimana dengan anda?  Sudah berapa lama anda menjadi kolega Mr. Albert?”

“Sebenarnya secara pribadi saya tidak terlalu mengenal Mr. Albert, suami sayalah yang menghubungkan saya dengannya. Suami saya seorang guru matematika Junior High School (SMP), dia bertemu dengan Mr. Albert dalam sebuah komunitas ilmuwan matematika enam tahun yang lalu. Hubungan kolega saya dengan korban hanya melanjutkan hubungan suami saya dengannya. Suami saya sudah lama jatuh sakit.”

“Oh, I’m sorry. Kehidupan yg anda jalani pasti sangat berat.” Ujar sang Inspektur bersimpati.

Mrs. Bloom berlinangan air mata, namun beberapa saat kemudian ia dapat menguasai dirinya kembali.

Anyway, kunjungan saya kesini adalah untuk mengambil soal dan jawaban ujian matematika. Seperti yang saya katakan tadi, suami saya jatuh sakit. Jadi selama ini Mr. Albert lah yang membuat soal-soal tersebut.”

“Saya mengerti. Dalam perjalanan anda kesini, adakah orang mencurigakan yang terlihat meninggalkan gedung apartemen korban?”

“Seingat saya tidak ada. Tunggu sebentar, sepertinya saya melihat seseorang. Laki-laki, berperawakan kecil namun gempal.”

“Anda melihat wajahnya?”

“Saya rasa tidak, saya melihatnya dari kejauhan sehingga hanya perawakannya yang saya ingat.”

“Anda ingat pukul berapa saat  anda melihat pria tersebut?”

“Hmm, sebentar saya ingat-ingat dulu. Jarak dari rumah saya kesini jika berjalan kaki butuh waktu sekitar 15 menit. Saya meninggalkan rumah sekitar pukul 20.30. Sepertinya sekitar pukul 20.40 saya melihat pria tersebut.”

“Apa anda juga melihat orang yang sama, atau mungkin orang yang terlihat mencurigakan.” Tanya Inspektur kepada Heiji.

Heiji menggelengkan kepalanya. Inspektur mencatat keterangan dari Mrs. Bloom, memanggil salah satu officer bawahannya lalu menyuruhnya untuk mencari pria dengan ciri-ciri seperti yang dilihat Mrs. Bloom tersebut.

“Anda berdua tiba di apartemen ini sekitar pukul 20.45, benarkah?”

Kali ini Heiji yang menjawab, “Ya, sekitar pukul 20.45. Saya ingat karena ketika menelepon polisi, jam di handphone saya menunjukan pukul 20.46.”

Inspektur mengangguk-anggukan kepalanya “Heiji, anda sendiri, apa tujuan anda mengunjungi korban di apartemennya?”

Heiji kemudian bercerita, diawali dari  ia menelpon korban untuk meminta bertemu. Setelah pembicaraan selesai, sesaat sebelum Heiji menutup telepon, terdengar teriakan korban di ujung telepon. Heiji menutup telepon dengan segera, kemudian bergegas ke apartemen Albert untuk memastikan keadaannya.

Wajah Inspektur memerah, “Kenapa anda tidak langsung menelepon polisi setelah kejadian di telepon itu?!” Tanya Inspektur dengan geram

“Sa-saya kira hal yang menimpa Albert-sensei tidak separah yang sebenarnya, jadi saya pergi ke apartemennya untuk memastikan.” Jawab Heiji dengan gugup

Inspektur menghela nafas panjang, “Baiklah, lain kali saya sarankan untuk segera melapor jika ada peristiwa yang mencurigakan. Mengerti? Sekarang saya minta alamat anda berdua, pihak kami akan mengunjungi kediaman anda jika ada sesuatu yang berkaitan dengan anda berdua.”

Heiji dan Mrs. Bloom kemudian menuliskan alamat mereka pada kertas yang diberikan oleh Inspektur Roland. Setelah keduanya selesai, Inspektur Roland mengambil kembali kertas tersebut.

“Anda saya ijinkan pulang, laporlah pada pria di depan pintu bahwa saya mengijinkan anda berdua meninggalkan TKP. Petugas tersebut akan memberikan beberapa lembar formulir kepada anda yang harus diisi, setelah itu anda baru boleh meninggalkan TKP.”

Kedua saksi tersebut kemudian mengucapkan selamat malam pada Inspektur dan pergi melapor pada petugas yang ditunjuk Inspektur. Di hadapan Inspektur, kini berdiri Detektif Henry yang hendak melaporkan perkembangan penyelidikan.

“Inspektur, dari beberapa barang yang berserakan kami menemukan sesuatu. Sepertinya ketika sang pembunuh menikam korban dari belakang, ia langsung pergi meninggalkan apartemen korban tanpa mengecek korban sudah meninggal atau belum. Dan menurut tim forensik, korban diperkirakan masih hidup beberapa saat setelah ditikam. Kelihatannya korban mengetahui siapa pembunuhnya dan menuliskannya di kertas yang berserakan di meja. Ini dia kertas yang diperkirakan berisi dying message korban.”

Untitled

Inspektur melihat dua kertas yang diserahkan oleh Detective Henry tersebut. Di kertas pertama tertulis 4A yang mentok di bagian samping kiri kertas. Sedangkan di kertas satunya lagi tertulis 379 di bagian tengah kertas. Inspektur mengamati kedua kertas dengan seksama.

“Henry, tulisan 4A di kertas ini, warna hitamnya berasal dari kertas karbon. Lihat ada warna hitam lain yang diakibatkan tekanan tangan korban. Sedangkan di kertas satunya lagi tulisannya ditulis dengan pensil.”

Yes, sir. Tim Forensik mengatakan bahwa mungkin saat itu kertas karbon menutupi kertas pertama sehingga hasilnya demikian.”

“Hmm, I see, I see.. Agenda korban, apakah ditemukan jadwal bertemu dengan seseorang di dalamnya?”

“Ada tiga nama Inspektur, namun tidak ada keterangan waktu yang ditulis. Nama yang tercantum adalah Finch Wagner, Angle Bloom, dan Kazuki Heiji.”

Dua saksi yang menemukan korban ternyata termasuk daftar orang yang akan ditemui korban di apartemennya. Inspektur kemudian melihat kembali catatan yang ia peroleh dari kedua saksi tersebut, Mrs. Bloom dan Kazuki Heiji.

Nama   : Angle Bloom (35 tahun)
Alamat            : Winston Street no. 52, Bridge Stone Apartment 2nd Floor, Room 256

Nama   : Kazuki Heiji (25 tahun)
Alamat            : Alabama Street no. 40, Silver Steel Apartment 3rd Floor, Room 379

“Dari kesaksian tetangga apartemen korban, korban dikenal sangat sombong dan suka meremehkan orang lain. Dari sifatnya itu diperkirakan setiap orang yang mengenalnya pasti menaruh dendam padanya. Bahkan ada rumor bahwa hadiah nobel yang ia dapatkan 3 tahun lalu merupakan hasil perbuatan curangnya mengambil teori matematika salah satu koleganya. Koleganya tersebut kemudian tidak pernah terlihat di muka umum lagi, ada yang bilang ia jadi gila.” Tambah Detektif Henry

Pada saat itu datang seorang petugas polisi yang melapor kepada Inspektur Roland.

“Lapor Inspektur! Saya menemukan orang mencurigakan dengan ciri-ciri yang sama dengan yang anda katakan.” Kata sang petugas sambil menyeret seorang pria kecil bertubuh gempal.

Inspektur kemudian menyapa sang pria, “Halo, Mr. Finch Wagner.

Pria tersebut melotot keheranan, darimana polisi ini tahu namanya?

Inspektur kemudian berkata kepada Detektif Henry, “Henry, dia milikmu. Interogasi dia sampai mengaku.”

Detektif Henry mengangguk, lalu membawa Finch Wagner ke ruangan sebelah untuk diinterogasi. Inspektur Roland pergi meninggalkan TKP. Di lorong, ia bertemu dengan petugas yang memberikan formulir pada Mrs. Bloom dan Kazuki Heiji.

“Kedua saksi sudah pulang?”

“Sudah Inspektur, pemuda Jepang itu langsung turun namun yang perempuan pergi ke arah toilet umum.”

Inspektur Roland mengangguk tanpa mengatakan apapun.

“Inspektur!” terdengar seorang petugas Forensik memanggil

“Ya? Ada apa?” Jawab Inspektur

“Kami menemukan sesuatu yang sepertinya berhubungan dengan kasus.” Ujar petugas itu sambil menyerahkan sesuatu pada Inspektur Roland.

Sebuah amplop besar yang panjang. Ada bekas lipatan di tengah amplop tersebut, dan sedikit sobekan di salah satu sudut amplop. Inspektur membuka amplop, dan melihat isinya. Inspektur Roland tersenyum puas.

Inspektur kembali masuk ke apartemen korban, ia berpapasan dengan Detektif Henry.

“Inspektur, baru saja saya mau melapor. Tersangka, Finch Wagner, tertangkap sedang duduk di sebuah taman dekat daerah ini. Dia mengaku menemui korban sekitar pukul 19.30, kira-kira selama 45 menit dia dan korban terlibat diskusi yang panas, lalu karena tidak tahan dengan sikap korban Mr. Wagner meninggalkan apartemen sekitar pukul 20.15, ia berjalan ke arah taman dimana ia ditemukan. Ia bersumpah bahwa ia berdiam diri terus di taman tersebut sampai ia ditangkap.”

“Well, jelas jelas dia berbohong. Apakah mantelnya basah?”

“Se-sepertinya sedikit basah. Darimana anda tahu dia bohong, sir?”

“Nanti kujelaskan, sekarang kita punya ‘kencan’ dengan seorang pembunuh.”

38 comments on “Teka teki Detektif (38)

  1. lumayan mirip fan kasusnya, esensi nya tetep dapet.. tapi kayaknya terlalu mudah fan.. atau jebakan yah?? hehee..
    aku analisis ntar aja yah, takutnya kamu ganti pembunuhnya.. sekalian mau analisis kronologinya..

    btw, over all hebat..
    kapan2 kita diskusi kasus lagi okee?!
    trims fan..

    Like

    • Wah, mengingat Kemal sendiri yang bikin kasus.. Apakah perlu ikut menganalisis juga? hehe ^^v
      Hmm, tapi untuk memastikan rasanya harus dianalisis juga kasusnya.. 😀

      Ok, sama-sama..
      Sip sip.. ^^

      Like

  2. aku liat analisis temen2 yang laen dulu fan.. aku bisa dibilang ga ikutan lah fan.. hanya pemantau.. skalian bikin kasus baru buat kita diskusiin fan.. hehe..

    btw, cerita kereta apimu itu dah rampung blom?? masih ada lanjutannya??

    Like

    • Ok, Mal.. ditunggu juga saran sarannya..

      wah, shinkansen itu.. sebenernya aku lagi bikin cerita baru lagi, dasarnya mirip sama cerita shinkansen yg udah di post.. sekarang bingung, mau lanjutin yg udah ada? apa mau reset dari awal? hmm.. -__-

      Like

  3. Pelakunya mungkin Angle Bloom, dia mengaku berjalan kaki dari rumah tapi sepatunya tidak kotor, padahal di jalan Winston ada penggalian.
    mungkin teori matematika itu milik suami mrs. Bloom, mengingat suaminya sudah lama sakit yg berarti tidak muncul ke publik. dan karena itu pula dia membunuh korban karena dendam suaminya.
    dia jg mengaku sulit menghafal lorong2 gedung, tapi dia tau letak toilet.

    mr.wanger bisa jd datang ke tkp setelah kasus terjadi, dia jg yg mengankat telepon Heiji.

    mohon koreksinya ^^

    Like

    • Hmm, saya terima analisisnya.. Tapi beberapa pertanyaan masih belum terjawab. mungkin egi mau menambahkannya dulu pada analisis yg udah ada? kalo bisa pakai kronologisnya juga ya.. 😀

      Like

  4. kalo saran aku fan, mendingan ga usah bingung, cerita barumu, kamu buat saja.. dan shinkansen, kamu terusin juga.. lebih banyak cerita, lebih bagus..

    fan, aku mau koreksi dikit nih di kasusnya, di pernyataan si heiji waktu ditanya si roland, kan dia bilang kalau dia ke apartemen albert karena mau tau keadaan albert saat berteriak, berarti maksudnya albert pada saat lagi ga mood itu berteriak yah?? bukan asal tutup telepon si heiji aja yah??

    Like

    • Oke, thanks buat sarannya. Liburan semester aku harus ngejar cerita berarti, haha.. 😀

      Hmm, coba baca respon dari Inspektur Roland setelahnya. Sebenernya maksud pernyataan Heiji itu sama dengan pernyataan tokoh kamu (yg aku ubah jadi Heiji, nama awalnya lupa :p). Tapi itu aku nulisnya terlalu implisit ya? :3

      Like

  5. hhm..

    bagus cerita’a gan ..

    kira” boleh saya copas tpi di bikin model komik gak gan?

    soal’a cerita’a begitu menarik untuk di baca .

    Like

    • Wah gimana ya… ini pun kasus punya org lain yg saya jadiin bentuk cerita. Gapapa agan jadiin bentuk komik tapi cantumin juga sumbernya. Saya minta kerja samanya ^^

      Like

  6. Ka , kalo mau pecahin kasus detektif seperti ini , kita harus mengerti tentang apa aja ya ..?? Mohon pencerahannya saya newbie .

    Like

  7. Pingback: Case Closed : Teka teki Detektif (38) | Black or White?

  8. Lagi googling2 kasus detektif, ketemu kasus ini. Saya coba jawab ya..
    Menurut saya pelakunya Angle Bloom. Alasan : pelaku bilang butuh waktu 15 menit jalan kaki dr rumahnya ke TKP. Tapi lalu menambahkan melihat orang berperawakan kecil gemuk pada pukul 20.40 di sekitar TKP..yg seharusnya dia belum sampai jika berangkat dr jam 20.30.. (10 menit, tidak sinkron dgn kata2nya di awal).
    Fakta pelaku pergi ke toilet setelah diinterogasi juga jd bukti pelaku berbohong tentang ketidaktahuannya ttg seluk beluk apartemen korban. DM yg ditinggalkan korban jd bukti tak terbantahkan, karena merujuk langsung ke nama pelaku. 4A di kertas pertama dan 379 di kertas kedua bila dikaitkan dgn ‘amplop besar yg terlipat di tengah dan sobek di sudut’.. Jika kertas bertuliskan 4A dilipat pd bagian tengahnya akan terbaca seperti ‘AN’, begitupun dgn 379 dilipat di tengah akan terbaca ‘GLE’.. Sobekan di sudut semakin menegaskan itu.. Sudut dalam bah. Inggris adalah ‘angle’.
    Surat dgn inisial F.W. mungkin cara korban utk mengelabui polisi. Apalagi ditambah fakta bahwa mantel Finch Wagner basah, yg artinya dia benar2 di taman pd saat hujan turun tiba2 sekitar 3 menit lamanya..
    Motif pelaku udah jelas ya kayaknya..

    Like

  9. Pingback: Case Closed : Teka teki Detektif (38) Part 2 | Black or White?

  10. Hai, mau komen sekalian salam kenal wkwk…
    Saya dr dulu bercita2 ingin jd detektif, seneng bgt pas googling nemu blog ini…
    Sebenernya belum selesai baca kasusnya, baru awalnya doang hehe cuma mau langsung bilang, takut lupa…
    Hadiah nobel itu ga ada bidang matematika, 5 bidang nobel itu fisika, biologi(kedokteran), kimia, sastra, dan perdamaian. Ahli matematika tidak mungkin mendapatkan salah satunya, yg paling masuk akal fisika krn banyak menggunakan hitungan mtk, tetapi tetap aneh krn orang yg ahli mtk belum tentu ahli fisika, kecuali sebaliknya, ahli fisika biasanya tentu ahli mtk. Misalkan dia bekerjasama dgn ahli fisika, sebaiknya mungkin ditulis dalam cerita dgn siapa agar jelas krn ahli mtk seorang diri mustahil dpt nobel fisika spt yg sudah dijelaskan diatas. Emang ga ada hubungannya sama kasus mungkin wkwk, cuma saran aja supaya cerita2 kasus selanjutnya lebih memperhatikan realitas dr unsur2 lain selain clue2 utamanya….
    Keren blognya! Terus update ya, jgn seperti blog2 detektif lain yg pernah saya ikuti tp skrng sdh mati gapernah update wkwk
    Oke maap kalo bawel wkwk *lanjut baca*

    Like

    • Wah, gitu ya? Terus terang saya tidak tahu apa-apa soal nobel, kata ‘nobel’ muncul di cerita juga cuma buat ngisi kekosongan story linenya aja. hehe
      terima kasih kritiknya.. ^^
      do’akan semoga penulis bisa rajin mengupdate ya.. kalo ide sih ada tapi yang jadi kendala itu nulis jadi ceritanya.. :3
      tunggu kasus selanjutnya! 😀

      Like

  11. Kalau aku pakainya sih analisa psikologis
    Katakanlah Wiegner yang bunuh, harusnya dia nggak sebego itu sampai meninggalkan pesan mengancam, lalu duduk-duduk di taman sampai di tangkap polisi.

    Si murid, dari sudut pandang polisi… yah Albert itu orangnya jenius. Nggak menutup kemungkinan kalau dia sering diundang makan malam ke rumah Heiji. Jadi mungkin saja alamat rumah yang ditulis dengan pensil bisa menjawab kemungkinan kalau Heiji juga membunuh.
    Tapi saya percaya yang buat cerita nggak mungkin bohong di awal.

    Tapi, kalau ilmuwan jenius biasanya mencatat sesuatu di buku agendanya agar tidak lupa. Termasuk alamat muridnya sendiri. Bisa jadi Angel membacanya, kemungkinan menaruh surat palsu berinisial F.W, serta menulis 379, sebagai alamat rumah Heiji, untuk mengelabuhi polisi.

    Itu sih analisa saya.

    Like

    • Mencoba menjadi antitesis..

      poin pertama, seems legit.

      poin kedua. Possible, but the evidence says otherwise. Inget deskripsi tentang tulisan yang dibahas tuntas di Case Closed 2

      poin ketiga. Again, the fact and the evidence says otherwise. Jika Angle Bloom menaruh F.W., berarti dia kenal siapa F.W., tak salah mengasumsikan dia tahu rupanya, maka bukankah dia akan memberikan kesaksian F.W. terlihat meninggalkan apartemen, bukannya deskripsi kurang jelas seperti yang dikatakannya.

      Like

Leave a reply to inurhadi Cancel reply